![]() |
Perjuangan anak sekolah dalam menuntut ilmu melintasi banjir dan ancaman predator buaya. |
BERITAINHIL.com - KUALA SEBATU ; Setiap pagi, siswa dan guru SD di Desa Kuala Sebatu, Dusun Panglima Hitam, harus melewati rintangan yang tak biasa demi sampai ke sekolah. Jalan penghubung dari Desa Sialang Panjang menuju desa mereka kini terendam banjir setinggi paha orang dewasa. Namun, semangat belajar tak pernah surut, meski bahaya mengintai setiap langkah mereka.
![]() |
Anak-anak berangkat sekolah dengan menyingsingkan celana agar tidak basah oleh genangan banjir. |
Yang paling menegangkan, bukan hanya soal air yang menggenangi jalanan, tetapi kemunculan buaya yang sering terlihat di kawasan itu.
“Kami takut, apalagi anak-anak kecil. Tapi mau bagaimana lagi? Jalan ini satu-satunya akses ke sekolah,” keluh Andu, warga setempat, dengan nada penuh keprihatinan.
Bencana tahunan ini bukanlah hal baru bagi warga Kuala Sebatu. Setiap musim hujan, kisah serupa kembali terjadi. Namun, hingga kini belum ada tindakan nyata dari pemerintah daerah. Anak-anak tetap harus menyingsingkan seragam mereka, berjalan di antara arus dan lumpur, dengan harapan tidak bertemu predator buas.
"Harapan kami cuma satu, tolong pemerintah lihat langsung kondisi kami. Anak-anak sekolah dan guru-guru setiap hari melewati jalan ini. Tidak ada jalan lain yang lebih bagus," tambah Andu, menyuarakan suara hati banyak orang tua yang cemas akan keselamatan anaknya.
Di tengah segala keterbatasan dan risiko yang mengancam, perjuangan anak-anak di Kuala Sebatu adalah cermin semangat yang seharusnya mendapat perhatian serius dari pihak berwenang. Karena pendidikan bukan hanya soal buku dan guru, tetapi juga tentang bagaimana negara menjamin keselamatan setiap warganya untuk bisa mengaksesnya dengan layak dan aman.**
Comments0