-->
  • Jelajahi

    Copyright © BERITAINHIL.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Video

    Resesi : Peluang dan Tantangan Bagi Umkm

    Nov 4, 2020, November 04, 2020 WIB Last Updated 2020-11-04T03:19:14Z


    BERITAINHIL.COM - TEMBILAHAN : Sejak awal tahun 2020 seluruh Dunia Dilanda wabah pandemi covid-19 semua negara merasakan dampak ini tidak terkecuali Indonesia secara nyata sangat berdampak pada perekonomiannya, Bahkan telah banyak negara mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif. 



    Di Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang juga diprediksi bakal bernasib sama, yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menunjukkan angka minus,

    Akan tetapi kepastian status ini masih harus menunggu pengumuman resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 November 2020 ini.


    Selama masa pandemi ini aktivitas masyarakat sangat terbatas. PSBB/PSBM atau Lockdown tak dapat kita pungkiri telah membatasi mobilitas perekonomian masyakarakat, Banyak usaha yang sangat bergantung pada keramaian harus menanggung dampak peminimalan pengunjung bahkan sampai terpaksa dihentikan.



    Himbauan untuk tetap #dirumahaja telah menurunkan semua aktivitas dunia usaha dan rumah tangga. Produksi dan penjualan menurun, sementara Cost masih tetap tinggi, kondisi ini akhirnya memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi. Hingga akhirnya terkadang harus mengambil langkah darurat dengan merumahkan karyawannya.



    Resesi ekonomi dapat menimbulkan efek domino ketika investasi mengalami penurunan, maka

    tingkat produksi atas produk atau komoditas juga akan menurun. Dampaknya akan terjadi

    banyak pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Secara lebih lanjut, kondisi tersebut

    mengakibatkan daya beli masyarakat menurun yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan.




    Dikutip dari laman cnbc, bahwa berdasarkan laporan analisis hasil survei dampak Covid-19 terhadap pelaku usaha keluaran BPS, dari 34.559 unit usaha yang disurvei nyaris 83% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Sedihnya lagi, Unit Usaha Kecil (UMK) ternyata lebih terpukul dibanding pengusaha besar. Sebanyak 84,2% pelaku UMK mengaku mengalami penurunan pendapatan, sementara di Unit Usaha Besar (UMB) ada di angka 92,29%. Hal ini sejalan dengan hasil survey oleh Bank Indonesia bahwa sebanyak 72 persen pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM terdampak pandemi Covid-19. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. 



    Padahal sektor tersebut merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. hampir 97% tenaga kerja diserap oleh UMKM dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 60%. Deputi Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemkop UKM) menyampaikan, sebanyak 2.322 koperasi dan 185.184 pelaku usaha UMKM terdampak pandemik Covid-19.



    Meskipun demikian di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, UMKM tetap mempunyai harapan dan peluang untuk tetap bisa eksis. Kiprah UMKM terbukti saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998. UMKM berhasil menjadi penopang perekonomian bangsa ini. Tak terkecuali saat badai resesi yang mungkin akan menerjang. 



    Dalam upaya menghadapi

    kondisi ini, pelaku UMKM dituntut memiliki startegi pengembangan yang lebih inovatif, kreatif dan berbasis teknologi. Peluang dan tantangan

    Kondisi-kondisi yang mungkin terjadi sebagai akibat terjadinya resesi merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi UMKM dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan usahanya sehingga mampu bertahan dalam kondisi yang penuh dengan

    ketidakpastian (Uncertainty). New Normal akhirnya menimbulkan kebiasaan-kebiasaan baru yang harus direspon dengan baik bagi pelaku UMKM. 




    Diperlukan juga jiwa enterprenuership

    yang bagus, berkeinginan dan terus belajar serta berfikir solutif. Bila kita melihat kondisi ini maka tantangan utama bagi pelaku UMKM adalah tantangan untuk beradaptasi. Keadaan yang Uncertainty di tengah kehidupan New Normal, mau tak mau memaksa pelaku UMKM untuk bisa tetap bertahan. Pelaku UMKM pada masa ini dituntut untuk lebih mampu aktif dalam dunia online, atau mendigitalisasi kegiatannya. Pelaku UMKM harus melek teknologi. Berdasarkan data bahwa pada kuartal-II, sektor, informasi dan komunikasi menunjukkan tren yang positif, yaitu tumbuh 10,8%. Ini salah satu indikasi bahwa terjadi perubahan pola prilaku konsumen.



    Meskipun demikian, bertumbuhnya young entrepreneur menjadikan model baru bagi dunia UMKM, para pelaku UMKM yang dulunya kurang melek teknologi, kini semakin terpacu untuk bisa mengimbangi laju perubahan teknologi. Di satu sisi, teknologi menjadi tantangan bagi UMKM, akan tetapi disisi lain, teknologi menciptakan sebuah peluang bisnis baru yang juga menjanjikan. penggunaan teknologi yang tepat dalam menjalankan proses

    produksi dan proses penjualan mungkin bisa menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi sekaligus meraih omset. Tantangan dan peluang efisiensi serta penurunan daya beli konsumen secara tak langsung akan sangat berdampak kepada sumber penerimaan. 


    Adanya penurunan penerimaan memaksa pelaku UMKM bisa mengefisiensikan usahanya. Inilah sisi lain dari resesi. Resesi membuat pelaku usaha yang selama ini tidak efisien untuk berbenah diri. Penurunan ekonomi telah memberikan peringatan untuk membuang kelebihan persediaan dan memotong biaya overhead. Hal ini mengajarkan dalam merampingkan proses dengan cara yang menghemat biaya, tetapi tetap memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.

    Dalam upaya mengefisiensikan biaya, tercipta sebuah peluang E-Business, lagi-lagi teknologi menciptkan peluang baru bagi UMKM. 



    Perubahan prilaku konsumen haruslah ditanggapi sebagai angin sejuk bagi pelaku usaha, dengan E-Business pelaku usaha dapat menekan biaya operasionalnya, sehingga dapat menambah margin. Bisa kita lihat hal yang positif dari layanan Online on-demand service seperti aplikasi Gofood dan Gosend. 



    Layanan Gofood mencatat peningkatan transaksi hingga 20% mulai dari Maret – Mei 2020. Hasil riset LD FEB UI menunjukkan bahwa Gojek telah memudahkan UMKM untuk migrasi dari offline ke ranah online. Sebanyak 40% UMKM yang disurvei baru bergabung dengan GoFood sejak Maret 2020 atau saat masa pandemi, yang mana sebanyak 94% berskala mikro dan 43% berupa bisnis pemula. 



    Tantangan sekaligus peluang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dengan terus mengupgrade diri mengembangkan jiwa enterprenuership serta terus beradaptasi menghadapi

    perubahan dunia. Di sisi lain, pelaku UMKM juga harus aware dengan langkah program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah ditawarkan pemerintah. Telah banyak inisiatif pemerintah untuk membantu sektor UMKM dalam kondisi saat ini. Hal ini di antaranya seperti penundaan dan subsidi bunga bagi UMKM yang mendapat kredit dari lembaga keuangan, penjaminan kredit modal kerja baru, hingga penempatan dana di lembaga keuangan yang melakukan restrukturisasi kredit UMKM.



    Ada banyak peluang bagi pelaku UMKM untuk tetap bisa bertahan dalam keadaan ini. Tetaplah berhusnuzhan dan selalu berinovasi dan berkreasi dalam menghadapi setiap tantangan dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi. Dalam upaya menjaga keberlangsungan bisnis jangka panjang, perlu juga perhatian kepada young entrepreneur.

    Masa depan ekonomi bangsa ini ada ditangan mereka. Kita berharap kondisi ini cepat berlalu dan perekonomian kita terus membaik. Jadikan keadaan ini sebagai momentum untuk berbenah demi perkembangan usaha. Selalu tingkatkan kemampuan beradaptasi dan tetap berhusnuzhan kepada Sang pencipta bahwa setiap keadaan pasti ada hikmahnya.



    Oleh: Muhammad Luthfi Iznillah, SE.,M.Ak

    Akademisi, Konsultan, Praktisi UMKM, Licensed Promotor STIFIn.

    Komentar

    Tampilkan

    No comments:

    Post a Comment

    Terkini